Minggu, 30 Januari 2011

Hati-hati dengan Pilihan

Hari ini penuh pengalaman mengesankan dalam hidupku. Aku bertemu dengan orang-orang baru yang hidupnya penuh dengan tantangan.
Aku sebut masalah sebagai sebuah tantangan, kenapa demikian karena jika masalah kita anggap sebagai suatu beban, maka yang kita dapat hanya kesedihan.
Tapi jika masalah dihadapi sebagai suatu tantangan dari Tuhan Yang Maha Kuasa, maka ada banyak pelajaran dan hikmah yang dapat kita peroleh.


Sebut saja namanya Amel, She is 23 years old and she is prety. If you look her from the outside, you wont find something "wrong" with her. Melihat lebih dalam seorang Amel dan mengenal lebih dekat dirinya, maka akan kita temui banyak tantangan dalam kehidupannya.


Amel punya lebih dari satu kelainan pada struktur rangkanya, ini menyebabkan dia bingung dengan kondisi tubuhnya. Kelainan pada fisik ternyata berdampak besar pada mental. Hari ini untuk kesekian kalinya, aku menemani seseorang menangis di hadapanku.


Amel adalah tipe manusia modern yang masih terdoktrin dengan pola pikir tradisional (menurutku seperti itu). Dia mempercayakan penyembuhan tubuhnya pada pengobatan tradisional, dan ini berlangsung cukup lama. Menurut Amel pengobatan ini cukup berhasil pada dirinya, tapi tanpa dibuktikan secara empiris, jujur aku meragukan hal itu.


Aku sangat sependapat dengan statement dr. Rahyus Salim, marilah kita mengontrol diri kita masing-masing dalam memilih jenis pengobatan yang tepat. Buatlah suatu kesepakatan kepada siapa pun yang ingin mengobati kita untuk memberikan bukti yang empiris sebagai hasil dari tindakan yang dilakukannya. Misal: kalo seseorang patah tulang dan dipijat di dukun tulang, perlu dilakukan pemeriksaan pra dan pasca tindakan.
Dengan demikian kita bisa mengetahui progress dari tindakan yang diberikan kepada kita.


Untuk aku yang menjunjung tinggi nilai-nilai akademis, segala sesuatu perlu dibuktikan secara empiris, untuk masalah kesehatan misalnya perlu ada bukti berupa tes laboratorium, x-ray, atau pun USG. Hal ini bertujuan untuk mengurangi efek jangka panjang dari setiap tindakan.


Seorang teman yang tinggal di Bandung menyatakan bahwa dirinya mengalami kemajuan sebagai konsekuensi dari pilihannya menjalani terapi untuk tulang belakang. Hal ini telah dibuktikan secara medis melalui pemeriksaan x-ray. Namun, menurut saya sebagai makhluk cerdas yang bermartabat, ada kalanya kita perlu menjadi orang yang punya curiousity (rasa ingin tau) yang besar. Akan lebih baik jika kita selalu mencari second opinion dari dokter/ahli yang lain. Jangan hanya percaya pada satu pihak saja, dan yang terpenting pilihlah dokter/ahli yang kompeten dan bisa dipercaya. Ini sangat pening!!


Sebagai manusia yang hidup di abad 21, sudah sepantasnya kita berpikiran lebih modern, dengan mengedepankan akal dan mengikuti kemajuan ilmu pengetahuan. Di Indonesia ini sudah jamak, orang-orang mempercayakan nasibnya pada "ilmu ghaib". Itu adalah pilihan...... Banyak juga orang-orang yang berpikiran terlalu negatif atau under estimate. Mereka mempunyai paranoid terhadap tindakan medis. Misal ada orang yang takut dioperasi karena takut meninggal, lumpuh, dijadikan kelinci percobaan dokter dll. Padahal perkembangan ilmu pengetahuan di bidang kedokteran sudah sangat maju, kenapa kita mesti cemas dengan hal-hal demikian.


Yang terpenting yang perlu kita lakukan jika kita terdiagnosis suatu penyakit adalah mencari tau atau menggali informasi sebanyak-banyaknya agar kita tidak tersesat dan salah melangkah. Sebagai manusia belajarlah untuk berpikiran positif terhadap kehendak Tuhan. Penyakit apapun yang kita derita sesungguhnya adalah jalan kita menuju kemuliaan. Jika kita bisa menghadapinya dengan sabar dan ikhlas, maka surga adalah balasannya.


Aku berharap Amel bisa menumbuhkan semangat dalam dirinya, semoga pertemuan kami bisa bermanfaat.



1 komentar:

  1. terjadi paradoks di zaman ini, di satu sisi sains benar-benar semakin menguasai setiap sisi kehidupan, tapi di satu sisi manusia mulai banyak yang kembali ke kepercayaan lama tentang pengobatan alternatif.

    BalasHapus