Bukit Bintang..... Itulah namanya.
Kenapa disebut demikian, karena di malam hari kita bisa melihat kerlap-kerlip lampu kota Jogja dari atas ketinggian.
Di siang hari, pemandangan yang tampak dari bukit bintang hanyalah hamparan pepohonan yang berwarna hijau, terlihat pula suasana kota Jogja di siang hari. Kadang-kadang ada kabut putih yang melayang-layang di udara.
Hari ini tunanganku Ricky berniat mengajakku kesana. Ini adalah kesempatan yang baik untuk aku dan dia bertemu setelah sekian lama kami tidak bertemu. Ada masalah dalam hubungan kami, dan aku ingin segera menyelesaikannya.
Dua bulan ini aku merasa ada yang aneh dengan sikap Ricky. Dia seakan menjauhiku, tidak peduli lagi pada keadaanku. Ricky biasanya selalu perhatian, penuh kasih sayang dan hangat. Kami sekarang sudah bertunangan, setelah berpacaran 2 tahun. Keluarga kami sudah saling bertemu dan menyetujui hubungan kami. Pernikahan pun sudah dirancang di depan mata. Beberapa bulan lagi aku akan menamatkan pendidikan profesi dokterku, dan Ricky saat ini sedang menunggu sidang tesisnya.
Sejujurnya aku merasa sedih dengan perubahan sikap Ricky. Namun, aku mengerti bahwa saat ini ia sedang berkonsentrasi untuk menghadapi sidang tesisnya. Lulus S2 adalah harapan terbesar dalam hidup Ricky. Dia mendapatkan kesempatan ini dengan susah payah. Beasiswa dari PEMDA KALSEL tempat asal Ricky bisa diperolehnya setelah Ricky bekerja keras untuk mendapatkan IPK tertinggi di kampusnya terdahulu.
Ricky, seorang pemuda asal Banjarmasin, sedangkan aku adalah gadis asli dari Jogja. Kami berdua mempunyai watak dan kebiasaan yang berbeda. Tapi selama 2,5 tahun aku mengenalnya, aku merasa kalau Ricky adalah pemuda yang baik, yang pantas menjadi imam untukku.
Sore hari kami sudah sampai di bukit bintang. Perjalanan kesana menempuh waktu kurang lebih 45 menit dari rumahku yang terletak di Condong Catur. Ricky menjemputku dengan mengendarai motor kesayangannya. Sekian lama dia tinggal di Jogja, baru kali ini dia mengajakku ke bukit bintang. Mungkin dia sudah bosan dengan suasana di dalam kota. Jenuh dengan hiruk pikuk Malioboro yang ramai didatangi wisatawan domestik dan mancanegara di musim liburan seperti sekarang ini.
Inilah suasana bukit bintang di sore hari saat kami tiba. Dari atas bukit terlihat hamparan pepohonan, kabut dan awan. Kami memilih untuk singgah di sebuah tempat makan. Tempat makan itu sangat sederhana, hanya menjual es kelapa muda, jagung bakar dan mie instan. Kami pun memesan jagung bakar dan es kelapa muda. Sejak keberangkatan menuju ke tempat ini, wajah Ricky belum berubah. Dia masih saja dingin dan gelisah.
Setelah menghabiskan jagung bakar di tangannya, akhirnya Ricky membuka pembicaraan.
"Nessa sayang, aku mau minta maaf ya sama kamu. Selama ini aku udah banyak salah sama kamu."
Aku tak mengerti apa yang dibicarakan oleh Ricky. Salah apa? Salah yang mana?
Ricky pun melanjutkan pembicaraannya.
"Sebenarnya selama ini aku sudah menduakanmu."
Seketika wajahku pucat pasi, mulutku terpaku, mataku menelaah ke seluruh tubuhnya.
"Apa maksud kamu Ricky? Aku gak ngerti."
Ricky semakin grogi, wajahnya menampakkan ketakutan seperti koruptor yang sedang diinterogasi oleh KPK.
"Tania, itulah nama wanita yang telah menjalin hubungan denganku selama ini. Kami berkenalan secara tidak sengaja di Malioboro saat dia sedang liburan 2 bulan yang lalu. Dia bekerja di Jakarta."
Ricky menghirup nafas lebih dalam. Dia melihat ke sekeliling, tanpa terasa waktu sudah mulai malam.
"Maaf Nessa, semuanya terjadi begitu cepat. Setelah perkenalan itu, kami sering berkomunikasi. Aku pernah datang sekali ke Jakarta, berjumpa dengan keluarga dan teman-teman Tania."
"Aku tau aku salah, tapi saat itu aku khilaf, aku kesepian dan pusing memikirkan tesisku yang tak kunjung selesai. Sementara kamu terlalu sibuk dengan aktivitasmu sebagai koas dan juga pekerja sosial."
Saat itu juga air mataku jatuh ke pipiku. Aku tak bisa mengendalikan diri lagi. Aku menatap ke sekeliling bukit bintang, melihat keindahan pemandangan bukit bintang di malam hari. Dari atas bukit ini tampak kerlap-kerlip lampu kota Jogja, seperti bintang yang berkilauan. Suasana malam yang dingin ini, mendadak menjadi panas. Ada gemuruh amarah di dadaku. Ingin rasanya aku terjun dari atas bukit ini.
"Kenapa kamu melakukan ini Ricky?"
"Apa kesalahanku padamu?" "Apa kekuranganku hingga kamu tega beralih pada gadis lain."
Aku sedih sekali. Rasanya pahit sekali. Hubungan yang sudah terjalin selama 2 tahun dan sudah direstui oleh kedua orang tua kita dicampakkan begitu saja demi gadis Jakarta yang baru dikenalnya 2 bulan. Kekecewaanku sedemikian besar, aku merasa sangat terkhianati. Bagamimana mungkin orang yang selama ini begitu aku sayangi dan percaya, ternyata tega berbuat ini kepadaku.
"Kamu benar-benar jahat. Aku benci sama kamu."
"Please nes, dengerin aku dulu. Sebenarnya selama 1 bulan belakangan ini aku sudah mencoba untuk kembali padamu dan melupakan Tania. Tapi ternyata aku ngga bisa. Bayangin Tania selalu menghantuiku. Aku mencintainya lebih dari yang aku kira. Aku membutuhkannya."
Ricky benar-benat tak punya hati. Bagaimana mungkin Tania yang baru dikenalnya bisa menggantikan posisiku selama 2 tahun ini dalam hidup Ricky. Selama ini aku yang selalu menemaninya kemana pun, mulai dari belanja kebutuhan sehari-hari, mencari bahan untuk riset tesisnya, menyemangati dan mendukungnya sepenuh hati, dan selalu mendampinginya di saat yang paling sulit sekalipun. Rasanya ingin sekali menampar wajahnya, memakinya dengan kalimat paling buruk, menyumpahinya agar selalu celaka. Tapi aku tak sanggup. Aku sadar, aku terlalu mencintainya. Dia adalah anugrah terindah dalam hidupku selama 2 tahun ini. Dia yang selalu ada ketika aku merasa letih dalam menjalankan profesi koas ku. Dia yang menemaniku saat aku sakit terkapar di Rumah Sakit karena penyakit vertigo yang sering menjangkitiku. Dia yang menjadi orang pertama yang mengucapkan selamat ulang tahun setiap tanggal 20 Juni, memberiku kejutan dan kado yang sangat istimewa.
"Aku mau pulang sekarang." kataku pada Ricky
Waktu sudah menunjukkan pukul 22.00 WIB. Bukit bintang tampak semakin gelap, semakin tidak indah untukku malam ini. Dalam perjalanan pulang, di atas motor yang dikendarai Ricky, aku menangis sambil teringat sebuah lagu Viera berjudul PERIH
Dirimu…
tak pernah menyadari
semua…
yang telah kau miliki
kau buang aku, tinggalkan diriku
kau… hancurkan aku seakan ku tak pernah ada
Aku kan bertahan
meski takkan mungkin
menerjang kisahnya
walau perih… walau perih…
salahkah…
aku terlalu cinta
berharap..
semua kan kembali
kau buang aku,tinggalkan diriku
kau.. hancurkan aku
seakan ku tak pernah ada
Aku kan bertahan
meski takkan mungkin
menerjang kisahnya
walau perih… walau perih…
Aku kan bertahan
meski takkan mungkin
menerjang kisahnya
walau perih…
Aku kan bertahan
meski takkan mungkin
menerjang kisahnya
walau perih… walau perih…
walau perih….walau perih…
Aku ngga mau menyerah. Aku ngga mau kalah dari gadis itu. Aku akan berusaha mempertahankan cinta kami, apapun yang terjadi. Maka sesampainya di rumah. Aku berkata dan memohon kepada Ricky.
"Yank, aku mohon tinggalkan dia, kembali sama aku. Kamu tau kan seberapa besar aku sayang sama kamu. Kamu ingat kan sama semua perjuangan cinta kita."
Meskipun aku sudah memohon sambil menangis. Ricky tetap teguh pada pendiriannya. Dia memutuskan untuk memilih Tania. Dia mengucapkan salam perpisahan padaku, dan mengembalikan cincin pertunangan yang dipakai di jarinya kepadaku. Cincin itu...... cincin itu adalah tanda yang mengikat hubungan kami berdua selama ini. Dan sekarang dia mengembalikannya padaku. Rasanya sakit sekali......
#5 bulan kemudian
Bukit bintang hari ini meriah sekali, ada pesta kembang api di sekitar sini. Aku duduk di sebuah warung kopi sambil menyantap roti panggang rasa keju kesukaanku. Dia duduk di samping menemaniku. Raut wajahnya yang teduh membuatku sangat nyaman di dekatnya. Adrian, itulah nama kekasih baruku. Dia adalah seorang pegawai negeri yang ditugaskan di kota Jogja. Adrian lahir di Jakarta dan menyelesaikan kuliah S2 nya di Belanda. Dia adalah nafas baruku.
Wisuda profesi dokter akan segera dimulai. Aku memakai kebaya terbaikku, berwarna pink dengan kain batik berwarna merah marun. Adrian memakai jas berwarna hitam, dengan kemeja biru dan dasi hitam. Dia tampan sekali.
Dekan Fakultas Kedokteran mengumumkan nama dokter terbaik lulusan tahun ini. Tersebutlah nama Nessa Selfiana Yuwono Putri sebagai lulusan terbaik. Serempak para hadirin memberi tepuk tangan dan selamat kepadaku. Ayahku tersenyum bangga, sedangkan ibuku menangis terharu. Inilah puncak kebahagiaan dalam hidupku. Setelah aku menempuh waktu 4 tahun menjalani Pendidikan Kedokteran Umum dan 2 tahun menjalani Pendidikan Profesi Dokter, inilah momment yang kutunggu.
Sekarang aku sudah menjadi seorang dokter. Alhamdulillah.
Ketika aku dan keluargaku beranjak pulang. Tiba-tiba dari kejauhan datanglah seorang pria yang sudah tidak asing lagi bagiku. Ricky..... Dia datang menghampiriku. Dia membawakan setangkai bunga mawar merah dan mengucapkan selamat kepadaku.
Aku menerima bunga itu dan mengucapkan terima kasih. Selang beberapa hari kemudian, Ricky menelponku. Dia mengajakku berjumpa di Restaurant favorit kami dahulu. Restoran Sawah, terletak di daerah Selokan. Restoran ini sifatnya natural. Para pengunjung akan disuguhi suasana sawah di sekeliling restoran, perabotannya terbuat dari bambu dan kayu jati. Suasananya sangat nyaman dan asri. Makanannya enak dan murah.
Jujur, keberadaanku disini bersamanya membuatku teringat akan masa lalu kami. Hubungan kami yang indah dan penuh cinta. Tapi semua sudah berakhir. Aku tak mengerti mengapa kini Ricky datang dan ingin berbincang denganku.
Ricky pun memulai percakapan "Apa kabar nes?"
"Nes, langsung aja ya ke pokok pembicaraan. Sebenarnya aku mengajakmu hari ini makan disini karena aku ingin kembali padamu lagi. Aku ingin menjalin hubungan kita seperti yang dahulu. Aku menyesal nes telah meninggalkanmu. Tania tidak sebaik yang kukira, sekarang dia telah menikah dengan pria lain. Dia meninggalkanku nes. Nes, kamu masih sayang kan sama aku?" "Kamu mau kan kembali padaku lagi?" "Aku mohon nes, beri aku kesempatan kedua, dan aku berjanji akan memperbaiki semua kesalahanku padamu."
Seketika amarahku meledak. Rasa benci yang sudah lama sirna, kini kembali lagi seiring dengan pernyataan Ricky barusan. Dia pikir aku ini perempuan macam apa yang seenaknya saja dicampakkan kemudian ketika dia telah ditinggalkan oleh wanita idamannya itu, lalu dia ingin kembali kepadaku lagi.
Namun, aku masih diam membisu. Aku tak bisa mengeluarkan kata-kata. Sejujurnya aku masih menyayangi pria ini. Tapi pengkhianatannya padaku sungguh menyakitkan.
Malam semakin larut, saat aku menatap ke atas langit, kulingat bintang bertaburan dengan indahnya. Sejujurnya saat-saat seperti inilah yang sudah lama kunantikan. Berdua bersama Ricky. Tiba-tiba semua bayangan masa lalu hadir kembali. Aku terkenang saat awal perjumpaan dengannya di Bandara Adi Sucipto. Saat itu dia baru saja tiba dari Banjarmasin. Aku masih ingat betul wajah polosnya, senyum manis yang mengembang di bibirnya. Seorang pria Banjar yang ingin mencari ilmu di kota pelajar. Bayangan kedua pun muncul. Saat dia mengungkapkan isi hatinya padaku, disini, ya tepat di restoran ini. Dia memberikan aku rangkaian bunga mawar berwarna merah yang sangat anggun.
"Aku mencintaimu Nessa, maukah kamu menjadi kekasih hatiku?"
Perasaanku campur aduk. Sejenak ada hasrat untuk memeluknya. Mendekapnya dengan erat dan memilikinya lagi. Dalam hitungan menit, tiba-tiba muncul bayangan ketiga. Peristiwa itu, peristiwa yang tak kan pernah kulupakan. Bukit bintang.......saat dia mencampakkan aku. Saat dia memutuskan untuk meninggalkanku. Saat dia membiarkanku menangis....menangis untuk waktu yang sangat panjang. Bukan cuma sehari, tapi butuh waktu satu bulan sampai akhirnya aku berhenti menangis.
Namun, aku masih diam membisu. Aku tak bisa mengeluarkan kata-kata. Sejujurnya aku masih menyayangi pria ini. Tapi pengkhianatannya padaku sungguh menyakitkan.
Malam semakin larut, saat aku menatap ke atas langit, kulingat bintang bertaburan dengan indahnya. Sejujurnya saat-saat seperti inilah yang sudah lama kunantikan. Berdua bersama Ricky. Tiba-tiba semua bayangan masa lalu hadir kembali. Aku terkenang saat awal perjumpaan dengannya di Bandara Adi Sucipto. Saat itu dia baru saja tiba dari Banjarmasin. Aku masih ingat betul wajah polosnya, senyum manis yang mengembang di bibirnya. Seorang pria Banjar yang ingin mencari ilmu di kota pelajar. Bayangan kedua pun muncul. Saat dia mengungkapkan isi hatinya padaku, disini, ya tepat di restoran ini. Dia memberikan aku rangkaian bunga mawar berwarna merah yang sangat anggun.
"Aku mencintaimu Nessa, maukah kamu menjadi kekasih hatiku?"
Perasaanku campur aduk. Sejenak ada hasrat untuk memeluknya. Mendekapnya dengan erat dan memilikinya lagi. Dalam hitungan menit, tiba-tiba muncul bayangan ketiga. Peristiwa itu, peristiwa yang tak kan pernah kulupakan. Bukit bintang.......saat dia mencampakkan aku. Saat dia memutuskan untuk meninggalkanku. Saat dia membiarkanku menangis....menangis untuk waktu yang sangat panjang. Bukan cuma sehari, tapi butuh waktu satu bulan sampai akhirnya aku berhenti menangis.
Akhirnya aku mengambil sikap.
Aku berkata "Maaf Ricky, semua tentang kita telah berakhir. Aku sudah lama menghapus dirimu dari ingatanku. Aku sudah punya Adrian, dan kami akan segera menikah."
"Kamu dan cincin pertunangan kita sudah lama aku buang, di bukit bintang di tempat dimana kamu mencampakkanku dari kehidupanmu."
"Selamat tinggal Ricky, tolong jangan ganggu lagi kehidupanku yang sudah tenang ini."
"Benih yang kau tanam, hasilnya akan kau tuai."
"Inilah konsekuensi dari pilihanmu waktu itu."
Selamat tinggal Ricky
Selamat tinggal Bukit Bintang
Selamat tinggal Bukit Bintang
TAMAT
nyentuh bangetttt sob ...
BalasHapus