Selasa, 19 Juli 2011

Bercengkrama dengan Pesona Karimun Jawa

Liburan kali ini saya merencanakan untuk mengikuti trip bersama komunitas Backpacker's Indonesia (BPI) menuju ke Karimun Jawa. Sebenarnya sudah sejak lama saya merencanakan pergi ke tempat yang terkenal dengan keindahan lautnya ini. Beruntunglah saya mendapat undangan event dari BPI menuju Karimun Jawa, karena di samping biayanya lebih terjangkau, saya pun sudah familiar dengan teman-teman dari BPI.

Karimunjawa adalah kepulauan di Laut Jawa yang termasuk dalam Kabupaten JeparaJawa Tengah. Dengan luas daratan ±1.500 hektare dan perairan ±110.000 hektare, Karimunjawa kini dikembangkan menjadi pesona wisata Taman Laut yang mulai banyak digemari wisatawan lokal maupun mancanegara. Sejak tanggal 15 Maret 2001, Karimunjawa ditetapkan oleh pemerintah Jepara sebagai Taman Nasional. Karimunjawa adalah rumah bagiterumbu karang, hutan bakau, hutan pantai, serta hampir 400 spesies fauna laut, di antaranya 242 jenis ikan hias. Beberapa fauna langka yang berhabitat disini adalah elang laut dada putihpenyu sisik, dan penyu hijau (http://id.wikipedia.org/wiki/Kepulauan_Karimunjawa).

Perjalanan kami dimulai pada tanggal 25 Juni 2011. Kami berkumpul di terminal bus Pulogadung pukul 16:00. Kami akan berangkat menuju kota Jepara menggunakan bis Shantika, dengan harga tiket sebesar Rp.120.000/orang. Setelah menunggu sekian lama akhirnya bus berangkat pada pukul 17:30. Bus Shantika ini tergolong bagus, nyaman, dilengkapi dengan AC, toilet dan selimut di setiap kursinya.

Pukul 06:00 pagi kami tiba di kota Jepara, bus mengantar kami sampai pelabuhan Jepara. Di pelabuhan kami sempat beristirahat, sarapan pagi dan sholat. Kemudian kami melanjutkan perjalanan dengan menaiki kapal KMP Muria sekitar pukul 08:00 menuju ke Karimun Jawa. Situasi di kapal KMP Muria sungguh sangat ramai. Rombongan kami terpaksa duduk di bagian atas dek kapal dengan kondisi saling berhimpitan. Pukul 16:00 kami tiba di pulau Karimun Jawa. Dari dermaga kami masih harus berjalan beberapa kilometer menuju penginapan.


Setelah beristirahat, maka dimulai lah acara malam pertama di Karimun Jawa. Acara ini diisi dengan pembukaan oleh koordinator trip, yaitu: Erika dan Indah. Selanjutnya diadakan acara perkenalan masing-masing peserta. Peraturan dari koordinator kami mengharuskan kami harus mengenal minimal 10 orang peserta di hari pertama, dan selanjutnya harus menghapal keselurahan peserta yang berjumlah 32 di akhir trip. Saya pikir cara ini cukup efektif, kami (dengan terpaksa) harus mengenal satu sama lain dan pada akhirnya kami menjadi akrab dengan sendirinya.

Akhirnya saya bisa hafal dan lebih tepatnya kenal dengan 32 anggota trip, yang terdiri dari: Erika dan Indah (koordinator), tante suster gemy dan sahabat lucunya dari Kutai, yang bernama Dhyan yang selanjutnya dikenal dengan nama Emon, Kika dan adiknya Diete, Rima, Rika, Sinta, Firza, Lisna, Cony, Noer, Adi, Laras,Tomo, Nidya, Hesti sepasang suami istri Fia-Hilman, ibu-ibu guru yang seru dan hobi konser: Tina, Uun, Susi, Virna, 5 orang pegawai PLN dari Bandung: Fany, Rizma, Naela, Saidyan, dan Esti,2 orang pegawai susu dari Semarang: Mila dan Nur dan saya sendiri Dita.

Senja hari kami menuju ke dermaga untuk melihat sunset... hmm it's beautifull. Malam hari kami menuju ke alun-alun sebagai pusat keramaian di pulau ini. Saya sempat meminum kelapa muda dan mencicipi cumi-cumi dan ikan bakar. Makanan disini tergolong murah meriah.


Hari kedua dari trip ini tepatnya tanggal 26 Juni 2011 dimulai dengan sarapan pagi bersama. Menu sarapan kali ini adalah urap dan ikan. Pukul 08:00 kami mulai beranjak menuju dermaga untuk selanjutnya menuju ke pulau Gosong. Ombak di laut sangat besar, tapi rombongan kami menikmatinya seakan-akan hal itu adalah permainan belaka, padahal kondisi ini sangat berbahaya dan membuat guide kami, mas Haris dkk sempat cemas. Ombak yang menghempas kapal kami membuat beberapa peserta trip mabok laut, termasuk saya..... but I swear it was my first accident. Dalam hati saya berkata "efek minum susu ultramilk sebelom berangkat nih....hadehhhhh".


Akhirnya histeria di awal perjalanan berubah menjadi adegan mabok laut beberapa peserta trip. Tapi beruntunglah kami semua bisa tiba di tempat tujuan dengan selamat. Finally.... bisa snorkeling juga di laut. Sesampainya di laut hasrat narsis kami semakin menggelora, maka adegan jeprat-jepret pun tak bisa dihindarkan lagi. Mas Boy, sang fotografer tak pernah lelah mengambil foto kami.


Dari pulau Gosong, kami berlayar lagi menuju pulau Tengah. Pantai di pulau ini sangat indah, pasirnya putih dan air lautnya jernih. Sesudah makan siang di pulau ini, kami bermain di pantai, tidak lupa berpose bak foto model dadakan. Selanjutnya kami menuju ke pulau Menjangan Besar. Sumpah demi Tuhan, pemandangan di bawah laut sana luar biasa dahsyat. Jernihnya air laut, indahnya terumbu karang dan cantiknya ikan-ikan kecil yang berenang bersama kami merupakan hal yang sangat mengesankan. Kami juga sempat ke Muara Karang; tempat penangkaran hiu. Sebenarnya menarik sekali bisa berenang bersama hiu-hiu itu, tapi mengingat kondisi fisik tidak memungkinkan maka saya mengurungkan niat saya. Note: dilarang keras berenang di tempat ini untuk perempuan yang sedang haid.


Pukul 17:00 kami kembali menuju penginapan. Setelah menyantap santapan makan malam, beberapa orang dari kami menuju ke alun-alun. Kami mencoba hidangan laut khas dari Karimun Jawa. Ikan baronang, ikan kakatua dijual dengan harga yang murah Rp.20.000/ekor. Kami pun uas menyantap ikan bakar ini bersama-sama.



Hari ketiga petualangan kami dimulai dengan berlayar menuju pulau Menjangan Kecill. Panorama di pulau ini sangat bagus. Dari pulau ini kami menyebrang ke pantai Ujung Gelam. Pantai ini memiliki pasir putih, dan banyak karang-karang yang cocok sekali untuk dijadikan lokasi untuk sesi pemotretan kami :). Selanjutnya kami makan siang dengan menu ikan bakar yang sudah disiapkan oleh guide kami. Makan ikan bakar, ditemani kelapa muda dan teman-teman yang seru itu "surga" banget loh.... I'm serious!!!


Petualangan belum berakhir sampai disini kawan, kami masih melanjutkan acara snorkeling  kami di pulau Gosong Barat. Setelah puas menghitamkan kulit di pulau ini, kami melanjutkan perjalanan ke pulau Cemara Besar. Disini banyak ubur-ubur, yang katanya kalau menggigit bisa menyebabkan kulit menjadi perih dan gatal. Pukul 17:00 kami kembali ke penginapan.

Malam hari acara kongkow  di alun-alun pun berlanjut. Saya memesan wedang ronde dengan tujuan untuk menghangatkan badan, namun sayang seribu sayang, wedang ronde disini tidak sehangat yang saya harapkan. Beberapa orang teman saya memesan es pisang hijau, sate cumi, bakso ikan, martabak telor dan ikan bakar. Temanya adalah kebersamaan. Pukul 22:00 kami tiba di penginapan dan diadakan acara perpisahan. Beberapa peserta trip mengungkapkan kesan dan pesannya mengikuti trip ini. Kesimpulannya adalah semua peserta merasa puas dan senang. Koordinator berperan maksimal dalam mensukseskan trip ini dan mempersatukan 32 karakter orang yang berbeda. Good job Erika and Indah ^_^. Acara malam ini diakhiri dengan barbeque.



Hari terakhir di pulau Karimun Jawa adalah hari yang patut dimasukkan ke dalam buku sejarah hidup saya. Kami diwajibkan untuk bangun jam 4 pagi supaya tidak terlambat sampai di kapal. Pukul 03:00 pagi peserta trip sudah mulai bangun, sebagian mandi dan sebagian besar sibuk berbenah diri. Saya merasa sedang mengikuti wajib militer ketika penjaga penginapan dan supir mobil berteriak kepada kami meminta kami untuk sesegera mungkin naik mobil dan perhi menuju dermaga. Dan benar saja dengan wajah kelimpungan kami bergegas, pukul 04:00 kami sudah sampai di dermaga. Kami segera bergegas naik ke atas kapal dan mengambil posisi yang nyaman. Sebagian dari kami hanya bisa tertidur dengan wajah pasrah. Suasana di atas kapal sungguh tidak menyenangkan, banyak orang yang hilir mudik membuat kepala saya terasa pening dan perut menjadi mual.



Beberapa saat kemudian terdengar suara gaduh dari awak kapal. Mereka berteriak meminta kami untuk turun dari kapal disebabkan kapal sudah kelebihan muatan. Tapi herannya tidak semua penumpang diwajibkan turun, hanya penumpang ekonomi saja, sedangkan penumpang VIP tetap duduk dengan nyamannya di ruangan mereka masing-masing. Pertengkaran pun sempat terjadi di antara awak dan penumpang kapal. Sesaat kemudian kapten kapal memerintahkan kepada para penumpang yang tidak mempunyai tiket untuk turun dari kapal. Rombongan kami menyadari bahwa kami tidak punya tiket sama sekali, sejak dari pukul 03:00, guide kami mengantri tiket namun tak satupun tiket kami dapatkan. Akhirnya dengan raut wajah kesal dan malu kami semua turun dari kapal. Kami hanya bisa menatap lesu kapal KMP Muria.

Sesaat kemudian terhembuslah sebuah isu dari awak kapal, bahwa terdapat 12 tiket untuk penumpang yang dibandrol dengan harga Rp.140.000…. dalam hati saya berkata “aseli Indonesia banget”. Tiket dengan harga asli Rp.32.000 bisa diperjual belikan secara illegal dengan harga yang luar biasa mahal. Namun, kami memutuskan untuk menyewa kapal nelayan, meskipun harus menambah sejumlah biaya dan safety yang mengkhawatirkan tapi itu lebih baik daripada harus menunggu dua hari di pulau dengan ketidak pastian. Akhirnya, kami berlayar dengan menyewa kapal nelayan seharga Rp.4.500.000. Kami berlayar bersama delapan orang turis domestik dari rombongan lain. Kami bersyukur pada akhirnya kami bisa kembali pulang, dan dari kejauhan kami hanya bisa menatap miris kapal KMP Muria yang punya slogan “Bangga mempersatukan bangsa”.



Sesampainya di dermaga Jepara, kami sudah disambut dengan jeprat-jepret dan rekaman video dari para pemburu berita. Kontan saja kami kaget, dengan wajah “sok artis” maka kami bersama-sama berteriak dengan kalimat “no comment”. Rupanya kejadian di kapal KMP Muria sempat menjadi sorotan media, kapal dikabarkan dibajak oleh penumpang karena tidak bisa memberangkatkan mereka menuju Jepara.

Akhirnya petualangan ini harus berakhir. Kami berpisah di dermaga Jepara, sebagian melanjutkan perjalanan menuju Jakarta, sebagian menuju Bandung, Semarang, bahkan ada yang menuju Lombok.

Finally¸ saya mau mengucapkan terima kasih untuk semua peserta trip, yang kemudian dinamakan grup Dakocan berkat kekompakan dan keakraban selama trip berlangsung.

Indonesia is a very beautifull country, we have to be proud of it.

Selasa, 14 Juni 2011

Belajar Mengendalikan Emosi

Hidup itu memang menggelitik, kadang juga romantik. Dinamikanya penuh dengan intrik, sering terkesan eksotik.
Segala sesuatu yang nampak indah di awal, namun sering berakhir dengan menyakitkan.
Sebaliknya sesuatu yang terkesan buruk, sering berbuah keindahan.
Setiap cerita punya skenario, ada sutradara yang mengaturnya. Kita sebagai pemain hanya bisa berperan sesuai dengan peran kita masing-masing. Apa pun perannya Tuhan pasti punya rencana yang indah. Dia tahu peran apa yang terbaik untuk kita. Dia juga tahu bagaimana skenario yang tepat untuk sebuah episode dalam kehidupan kita. Tuhan...... Dia lah yang Maha mengetahui. Dia lah sutradara hidup kita.


Menurut sebuah buku, Takdir adalah “Segala sesuatu yang telah ditetapkan oleh Allah untuk mahluk-Nya.” Semua yang berada di bumi, langit serta isinya di ciptakan oleh Allah. Dan seiring dengan penciptaan mereka, Allah juga telah memberikan suatu aturan, lakon atau cerita untuk diri mereka masing-masing. Dan cerita inilah menurut buku yang saya baca disebut takdir. (QS. Al Qamar : 49). Cerita manusia dari lahir sampai dia diakhirat nanti telah Allah tentukan sedit-detilnya, dan dicatat dalam kitab Lauhul Mahfudz. Dan segala sesuatu telah ditentukan oleh takdir apakah dia akan berperan sebagai Raja, Sopir, atau bahkan penjahat sekalipun. (QS. Al Hijr : 21). Dan takdir yang telah ditentukan Allah tidak dapat diubah lagi sampai hari kiamat nanti (QS. Faathir : 43). Jadi semua tingkah laku kita sudah “diprogram” oleh Allah, bahkan sedetik kemudian langkah kita akan berlaku apa sudah ditentukan Allah, bahkan jauh sebelum kita diciptakan oleh Allah (QS. Al Hadiid : 22 – 23) . (Buku : Ya Allah, Tolong Aku Karya A.K penerbit Quanta Hal 140-153). 


Permasalahannya adalah takdir manusia atau dalam hal ini saya sebut sebagai skneraio hidup manusia itu berbeda-beda. Ada orang yang terlahir dengan fisik yang sempurna, keluarga yang mapan dan otak yang cerdas. Sebaliknya ada manusia yang terlahir dengan kondisi fisik yang sakit, punya kelainan atau kurang sempurna, ekonomi keluarga yang sulit bahkan ada yang terlahir dalam keadaan memiliki keterbelakangan mental.


Bagimanakah menghadapinya?
Saya teringat dua orang ibu yang sangat luar biasa, yang selalu menjadi inspirasi buat saya, yang menjadi kekuatan dalam keterpurukan saya. Energi mereka seperti mengalir ke dalam jiwa saya. Tanpa bertatap muka dengan mereka, namun saya bisa merasakan semangat mereka menjaga putera-puterinya yang luar biasa.
Persahabatan yang terjalin dalam waktu singkat antara saya dan mereka, nampaknya menjadi sebuah fondasi yang kuat bagi iman dan mindset saya.


Mengapa demikian?
Karena saya merasa bahwa inilah cara Tuhan menjawab doa-doa saya. Saya yang dulu sering merasa kurang, hidup penuh dengn masalah kemudian tersadar betapa kecilnya diri saya dibandingkan mereka. Saya yang dulu sering mengeluh kemudian merasa bersyukur untuk semua hal indah dalam hidup saya.


Bu Dian (bukan nama sebenarnya) berasal dari keluarga dengan ekonomi sederhana. Bu Dian mempunyai seorang anak bernama Tiara (bukan nama sebenarnya), Tiara terlahir dengan fisik yang kurang sempurna sehingga Tiara harus menjalani operasi jantung di waktu bayi. Operasi jantung Tiara sudah cukup menjadi beban untuk keluarga bu Dian, tapi pertolongan Tuhan selalu datang di saat yang tepat. Melalui sebuah program acara di televisi, Tiara bisa operasi jantung dengan harga yang sangat murah.
Masalah Tiara tidak berhenti sampai disini, Tiara juga mempunyai kelainan tulang belakang yang cukup parah untuk anak seusianya. Tindakan operasi pun belum tentu bisa dokter lakukan mengingat kondisi jantung Tiara yang lemah dan usianya yang sangat muda. Tiara pun tidak seperti anak-anak kecil seusianya. Dia..... sangat polos.... sangat lugu. Teman-teman seusianya pun tidak mau bermain dengannya.
Sungguh hati ibu mana yang akan kuat menghadapi situasi ini. Bu Dian selalu menjadi alasan saya untuk bersyukur dan berpikir keras untuk selalu berkomitmen untuk meluangkan waktu saya untuk sebuah organisasi sosial. Bu Dian itu sangat hebat.... ya.... She is a very strong Lady, stronger than Margareth Teacher.


Dan cerita lain datang dari bu Siska (bukan nama sebenarnya).... bu Siska adalah wanita Sumetra berparas tegas, lugas terkadang nyablak. Bu Siska adalah tipe orang yang terlihat sangat oke atau terkesan baik-baik saja di luar, namun siapa tahu, kalau ternyata kehidupan pribadinya penuh dengan lika-liku. Saya rasa penyakit asthma bukan masalah yang dianggapnya sangat menyiksa. Tetapi kondisi Sita (bukan nama sebenarnya) pasti adalah hal yang sangat menyesakkan hatinya. Ya...saya tahu itu, saya paham sekali, meskipun dia tidak pernah menangis atau mengeluh kepada saya. Sita adalah penderita kelainan tulang belakang yang cukup parah, berkali-kali Sita melakukan operasi tulang belakang yang memakan banyak biaya. Namun, sepertinya Tuhan masih sayang dan menguji kesabaran Sita, saat Sita akan menjalani operasi tulang belakangnya yang ke sekian, ternyata dokter menemukan bahwa Sita mempunyai tumor otak. Berkali-kali pula Sita menjalani operasi, berhari-hari Sita berada dalam perawatan medis. Ekonomi keluarga pun menjadi lemah.Terakhir kali saya bertemu Sita, tubuhnya sangat kaku, tidak ada ekspresi dari wajahnya. Dia hanya bisa mengeluarkan kata-kata yang tidak jelas, dan duduk tak berdaya di kursi rodanya. Tetapi alhamdulillah sekarang kondisinya sudah membaik. Sekali lagi, ini berkat pertolongan Tuhan.
Bu Siska..... even I think you're an angel...... you have to know that I admire you so much.


Bu Dian dan Bu Siska...... you're my great inspiration.
Kalian selalu menjadi alasan untuk saya bersyukur bahkan dalam kondisi yang sangat tidak menguntungkan dalam hidup saya sekalipun. Terima kasih ya sudah mau berbagi banyak hal dengan saya. Maaf...... saya belum bisa berbuat banyak untuk kalian..... Tapi saya janji, saya akan ingat selalu dengan Tiara dan Sita.


Inilah takdir..... Semua sudah direncanakan sedemikian rupa oleh Tuhan. Hanya orang-orang terpilih lah yang bisa mendapatkan anugerah yang besar dari Tuhan. Tetapi alangkah naif nya jika kita hanya bisa menghela nafas mendengar kisah ini. Tuhan tidak butuh helaan nafas kita, atau ekspresi sedih dari wajah kita. Tapi Tuhan butuh action kita atas kejadian-kejadian menyedihkan di sekitar kita. Tuhan juga ingin kita selalu belajar untuk mengendalikan emosi kita sebaik mungkin. Jangan lah terlalu bersedih atas masalah dalam hidpmu, karena suatu saat nanti kau akan bahagia. Sebaliknya janganlah terlalu bahagia atas kenikmatan dalam hidupmu sebab suatu saat akan tiba masanya Tuhan mengujimu dengan kesedihan.


I'm learnig...... yes I do......
Saya hanya sedang belajar untuk menjadi lebih bijaksana, mengambil hikmah dalam setiap kejadian........




This is what I'm thinking in my mind. Based on true story. Sorry for unacceptable words.


Regards



Senin, 13 Juni 2011

Hal-hal yang jangan dan harus kamu lakukan ketika terdeteksi Skoliosis

Tulisan ini saya buat sebagai wujud perhatian saya terhadap para pengidap skoliosis di seluruh Indonesia, tidak bermaksud untuk menggurui, karena saya bukan ahli di bidang ini. Saya hanya berusaha menyampaikan hal-hal yang sebenarnya sudah seringkali dibahas di website, forum maupun fb namun berulang kali ditanyakan oleh kalangan awam.

Hal-hal yang jangan atau sebaiknya tidak kamu lakukan ketika kamu didiagnosis oleh dokter atau terdeteksi mengidap skoliosis adalah:
1. Jangan berpikir bahwa dunia mau runtuh dan merasa jadi orang paling menderita di dunia. Percayalah kawan, harapan itu selalu ada. Tuhan memberi masalah, maka Tuhan pula yang akan memberi solusinya. Belajar lah untuk bersyukur pada kondisi dirimu seburuk apappun, karena diluar sana banyak yang lebih tidak beruntung.

2. Jangan menjadi orang yang sok tahu, tidak mau mendengarkan saran dari orang lain dan berusaha mengatasi masalah ini seorang diri. Bagaimanapun manusia selalu membutuhkan bimbingan dari orang lain.

3. Jangan melakukan hal-hal yang akan memperparah kondisi tubuhmu, misal: sudah tahu kalau dirimu termasuk pengidap skoliosis berat, lantas melakukan kegiatan-kegiatan yang ekstrim yang memberatkan kerja tulang seperti naik gunung, panjat tebing, angkat besi dll.

4. Jangan pernah berpikir kalau pengidap skoliosis itu tidak bisa hamil, sulit mendapatkan pekerjaan, jodoh, dll. Jangan juga berpikir bahwa skoliosis itu aib atau kutukan Ilahi.

5. Ini sangat penting: jangan sampai salah melangkah atau mengambil keputusan terhadap kondisimu. Hal ini akan berakibat penyesalan seumur hidup. Setiap pilihan ada di tanganmu, termasuk pilihan untuk berkonsultasi  dengan dokter siapa atau memilih tindakan apa untuk skoliosismu.

6. Jangan menganggap bahwa semua pengidap skoliosis itu memiliki kondisi atau masalah yang sama. Setiap orang itu punya karakteristik dan spesifikasi masing-masing. Bahkan anak kembar yang dilahirkan dengan kondisi skoliosis pun ternyata punya karakter yang berbeda.  Di Malang ada kembar skoliosis bernama Dina dan Dini, keduanya mengidap skoliosis dan operasi dalam waktu yang hampir bersamaan. Namun pada kenyataannya kondisi keduanya berbeda.  Orang yang memiliki kurva skoliosis 30 derajat tentunya kondisinya akan jauh berbeda dengan orang yang berkurva 100 derajat.

Hal-hal yang harus atau sebaiknya tidak kamu lakukan ketika kamu didiagnosis oleh dokter atau terdeteksi mengidap skoliosis adalah:

1. Konsultasikan dirimu pada tenaga medis yang sudah terbukti memiliki keahlian ini. Jadi.... sepengetahuan saya, dokter yang memperlajari dengan detail tentang skoliosis itu adalah dokter spesialis orthopedi dengan konsentrasi di bidang spine, atau kalau kamu mau tahu titelnya itu dr....... SpOT, K.Spine. Kenapa saya harus menjelaskan hal ini? karena menurut saya ini adalah hal dasar yang harus diketahui pengidap skoliosis. Pada dasarnya tidak semua dokter tulang memahami dengan detail masalah tulang belakang, jadi konsultasikan lah pada dokter yang tepat. Untuk bisa tahu dokter yang tepat, caranya adalah dengan banyak bertanya kepada pihak-pihak yang berkompeten, misalnya pengurus MSI atau para pengidap skoliosis yang sudah makan asam garam tentang skoliosis. Bertanyalah, selama bertanya itu gratis :)

2. Pilihlah tindakan yang tepat untuk skoliosismu, tentunya hal ini harus dipertimbangkan dengan logis dan rasional. Sekarang adalah jaman teknologi informasi dan komunikasi, dimana kamu bisa mendapatkan informasi apapun dengan detail. Pilihan apapun yang kamu ambil akan menentukan masa depan mu nanti, misalnya kamu memutuskan untuk memakai brace, operasi atau terapi non medis. Hal ini harus bisa dipertanggung jawabkan supaya tidak ada penyesalan di kemudian hari.

3. Banyak-banyak lah bertanya dan bergaul dengan sesama pengidap skoliosis. Adanya forum MSI tentunya sangat membantu memberikan informasi dan menjadi tempat berkumpulnya pengidap skoliosis. Kalau kamu sudah ada di MSI, usahakanlah mengenal sebanyak mungkin orang untuk bisa diajak sharing. Bergaul lah dengan orang-orang yang positif yang akan selalu menginspirasi dan mensuport kamu ketika kamu sedang terpuruk. Bertanya lah kepada orang-orang yang berkompeten atau sudah punya banyak pengalaman di bidang ini. Jangan bergaul dengan orang yang negatif dan selalu galau, karena akan membuat kamu semakin terpuruk dalam kesedihan. Jangan mudah terpengaruh dengan informasi-informasi atau iklan-iklan yang tidak bisa dipertanggung jawabkan kevalidan nya secara ilmiah.

4. Jagalah kondisi tubuhmu sebaik mungkin, ikuti saran/petunjuk dari dokter atau terapis mu.

5. Berpikirlah positif, yaitu dengan selalu bersyukur dan menghargai dirimu apa adanya. Pikiran positif akan memberikan sugesti kepada tubuh, sehingga tubuhmu akan merespon dengan baik dan pada akhirnya akan merasa lebih nyaman. Kalau kamu selalu berpikiran buruk tentang skoliosismu, maka skoliosis itu akan menjadi buruk selamanya.

Skoliosis adalah kelainan tulang belakang, selebihnya tidak ada yang salah pada tubuhmu kawan. Selama kelima panca indera tubuh kita masih berfungsi dengan baik, dan selama kebutuhan sandang, pangan dan papan kita masih terpenuhi, kita masih harus banyak bersyukur dan belajar untuk menghargai diri kita sebagi makhluk ciptaan Tuhan yang sempurna.

Tulisan ini saya buat bukan bermaksud untuk menggurui, tetapi hanya sebagai bentuk informasi sederhana yang ingin saya bagikan kepada orang-orang yang baru saja mengetahui bahwa dirinya mengidap skoliosis, masih bingung dan butuh banyak saran dan masukan.

Stay healthy and be strong ^^



Minggu, 12 Juni 2011

Galaksi-nya Dita: Dieng Plateau, Surganya Dewa-Dewi Khayangan

Galaksi-nya Dita: Dieng Plateau, Surganya Dewa-Dewi Khayangan: "Liburan kali ini saya dan teman-teman dari Backpacker's Indonesia (BPI) memutuskan untuk berwisata ke Dieng Plateau. Sudah lama sekali saya ..."

Dieng Plateau, Surganya Dewa-Dewi Khayangan

Liburan kali ini saya dan teman-teman dari Backpacker's Indonesia (BPI) memutuskan untuk berwisata ke Dieng Plateau. Sudah lama sekali saya merencanakan untuk pergi ke tempat yang terkenal dengan keindahan alamnya ini. Dengan waktu dan budget terbatas, maka pergilah saya bersama teman-teman BPI kesana.

Jumat malam kami berkumpul di terminal bus Grogol. Rombongan kami menuju ke kota Wonosobo. Tiket bis menuju Wonosobo berharga Rp. 70.000. Perjalanan menuju Wonosobo dari Jakarta cukup jauh, ditambah pula bis kami harus melalui kemacetan parah di daerah tol dalam kota. Ketika memasuki kawasan Nagrek bis pun mengalami kemacetan yang cukup parah. Jam 3 pagi kami berhenti sejenak di daerah Tasikmalaya untuk menunaikan solat dan makan. Edisi makan kali ini bisa disebut makan malam yang kemalaman dan makin pagi yang kepagian :)). Kami melanjutkan perjalanan pulul 04:00. 

Pukul 07:30 akhirmya bis kami sampai di kota Wonosobo, kami berhenti di depan Plaza Wonosobo. Sejujurnya tidak nampak plaza atau kawasan perbelanjaan besar seperti yang saya bayangkan. Yang ada hanyalah ruko-ruko kecil yang berada di antara pasar dan jalan raya. Di depan Plaza Wonosobo, mobil carteran kami sudah menanti. Kami dibawa untuk beristirahat sejenak di rumah salah satu anggota rombongan kami. Kebetulan salah satu anggota kami adalah puteri asli Wonosobo yang merantau kerja di Jakarta.

Setelah beristirahat, kami melanjutkan perjalanan menuju Dieng Plateau. Pemandangan yang nampak di luar jendela mobil sangat indah. Di kanan-kiri jalan, kami disajikan dengan hamparan sawah, bukit dan gunung yang indah permai. Cuaca nya sangat sejuk dan bersahabat. Rasanya tidak sabar untuk segera berpetualang mengelilingi Dieng Plateau yang terkenal dengan julukan "Negeri di Atas Awan" itu. Akhirmnya kami sampai di kawasan Dieng Plateau pada pukul 10:00. Kami melakukan ritual rutin para pelancong, yaitu berfoto-foto di depan gapura Dieng Plateau. Setelah puas berfoto, kami mampir sebentar ke penginapan. Kami menginap di penginapan Lestari. Di Dieng tidak ada hotel, tetapi cukup banyak penginapan atau homestay. Harganya cukup terjangkau dengan rate antara Rp.60.000-Rp.100.000/malam. 


Gapura Dieng Plateau

Nama Dieng berasal dari bahasa Sansekerta yaitu "di" yang berarti tempat, dan "hyang" yang berarti dewa pencipta. Secara keseluruhan Dieng dapat diartikan sebagai tempat bersemayamnya para dewa. Sementara para penduduk sekitar sering mengartikan bahwa Dieng berasal dari kata "edi" yang berarti cantik dalam bahasa Jawa, dan "aeng" yang berarti aneh. Dengan kata lain Dieng adalah sebuah tempat yang cantik namun memiliki banyak keanehan (www.wikipedia.com).

Terletak pada ketinggian 2000 meter dpl, masyarakat Dieng patut bersyukur atas melimpahnya kekayaan yang dianugerahkan kepada tanah mereka yang cantik dan eksotik ini. Cuaca dingin yang cukup ekstrim untuk sebuah wilayah yang terletak di daerah tropis telah memunculkan gaya hidup dan gaya berpakaian yang unik dari para penduduknya. Suhu udara pada siang hari berkisar antara 15-20 derajat celcius sementara pada malam hari berkisar antara 10 derajat celcius. Pada bulan Juli dan Agustus suhu bisa mencapai 0 derajat celcius pada siang hari dan -10 derajat celcius pada malam hari (www.wikipedia.com). Saya sering sekali melihat penduduk lokal memakai sarung kemana pun mereka pergi. Kebanyakan penduduk Dieng berwajah cerah terkadang merah merona. Hal ini adalah bentuk adaptasi fisiologis tubuh mereka terhadap suhu yang dingin dan kadar oksigen yang rendah, sehingga tubuh perlu memproduksi lebih banyak hemoglobin.

Petualangan pertama kami dimulai ke Telaga Warna. Telaga warna konon memantulkan warna biru, hijau dan ungu. Namun sepengamatan saya warna air di Telaga Warna didominasi oleh warna hijau tosca dan biru. Di tempat ini kami banyak melakukan sesi pemotretan. Saya sempat menyapa dan sedikit berbincang dengan turis mancanegara asal Ceko. Dia memuji keindahan Indonesia. Dia menyebutkan bahwa ini adalah kunjungan keduanya di Indonesia, setelah dari Bali, Lombok dan kawasan Jawa Timur. Rasanya bangga sekali menjadi anak Indonesia.....



Telaga Warna

Petualangan kami kemudian dilanjutkan ke bukit yang banyak terdapat goa-goa dan berisi patung-patung dari tokoh-tokoh wayang agama Hindu seperti Patih Gajah Mada, Semar dan Srikandi. Selanjutnya kami menuju ke sumur jatulanda. Sumur ini tidak terlalu menarik buat saya, namun menjadi menarik karena minggu sebelumnya baru saja ada wanita muda yang bunuh diri dengan cara menyeburkan diri ke sumur tersebut. Sumur tersebut berwarna hijau dan sangat dalam. Beberapa turis domestik sibuk melempar-lempar batu kerikil yang dibeli dari penjaga sumur seharga Rp.2000. Konon jika batu yang kita lempar masuk ke dalam sumur, maka permintaan kita akan terkambul. Namun sepengamatan saya sangat sulit untuk bisa melempar batu ke tengah sumur, kebanyakan batu akan jatuh di sisi-sisi sumur yang berupa hamparan tanaman hijau. 


Patung Gajah Mada


Patung Semar

Petualangan dilanjutkan menuju ke kawasan kawah sikidang. Sesungguhnya Dieng adalah wilayah vulkanik aktif dan dapat dikatakan sebagai gunung api raksasa. Datarannya terbentuk dari kawah gunung berapi yang telah mati. Bentuk kawah ini terlihat jelas dari dataran yang dikelilingi oleh gugusan pegunungan disekitarnya. Namun meskipun gunung api ini telah berabad-abad mati, beberapa kawah vulkanik masih aktif hingga sekarang. Di antaranya adalah Kawah Sikidang, yang selalu berpindah-pindah tempat dan meloncat-loncat seperti "kidang" atau kijang (www.wikipedia.com) .Dalam radius 5 meter pun sudah tercium aroma belerang yang lumayan menyengat. Kami sempat mengambil beberapa foto di tepi kawah. Beberapa dari kami mendaki bukit-bukit di sekitar kawah. Pemandangan yang tersaji cukup wow! Untungnya salah seorang dari kami sudah siap dengan kamera SLR dan tripodnya, sehingga kami bisa bernasis ria di atas bukit.



Kawasan Kawah Sikidang

Selanjutnya kami menuju ke kawasan Dieng Theater. Di dalam Dieng Theater, kami menyaksikan film tentang Dieng, meliputi kondisi geografis, karakteristik dan peristiwa penting yang terjadi di Dieng. Film ini berdurasi kurang lebih 30 menit. Untuk masuk kesini pengunjung dikenakan biaya sebesar Rp. 6000. 


Ding Plateau Theater

Perjalanan mengelilingi Dieng membuat perut kami lapar, kami memutuskan untuk membeli makanan khas daerah setempat. Saya membeli kentang goreng dicampur dengan jamur goreng. Teman saya membeli carica. Carica memang sangat asing di telinga saya. Carica adalah buah khas daerah Dieng, masih kerabat dekat dengan pepaya namun berukuran lebih kecil. Carica yang memiliki nama latin Carica pubescens  (www.wikipedia.com) ini berwarna hijau saat mentah, dan menjadi kuning atau jingga saat matang. Daging buahnya berwarna kuning, sangat cocok untuk dijadikan manisan. 



Buah Carica


Manisan Carica 

Pukul 18:00 kami kembali ke penginapan untuk melepas lelah. Hawa dingin semakin membuat kami kelaparan. Di penginapan sebenarnya dijual juga beberapa jenis makanan seperti; nasi goreng, mie goreng dan nasi rames. Saya dan beberapa teman memutuskan untuk makan di luar penginapan. Kami memilih makan di sebuah warung makan yang terletak tidak jauh dari penginapan. Saya memakan sop jamur dan nasi goreng. Kalau saya perhatikan rupanya penduduk lokal sering sekali memanfaatkan jamur sebagai panganan sehari-hari. Di warung makan ini dijual juga Purwaceng. Purwaceng adalah salah satu jenis rumput yang tumbuh liar, diolah menjadi minuman khas Dieng yang berkhasiat untuk menambah kejantanan pria. Konon Purwaceng bisa menambah stamina dan vitalitas, namun tak seorang pun dari kami mau mencobanya.

Pukul 21:00 rasa kantuk mulai melanda saya. Saya pun tertidur dengan pulas. Cuaca di malam hari sangat dingin, untungnya saya sudah mempersiapkan diri. Saya memakai jaket tebal, dua buah kaus kaki, sarung tangan dan selimut yang tebal. Ya, saya tidur dengan nyaman, sementara beberapa orang teman saya mengaku tidak bisa tidur karena kedinginan.

Hari kedua, kami berencana untuk mendaki gunung Sikunir untuk melihat matahari terbit. Alarm pun dipasang pukul 03:00, namun sayang sekali turun hujan. Hal ini tentu akan menganggu pendakian. Akhirnya kami menuju gunung Sikunir pada pukul 06:00, sedikit terlambat, namun cuaca cukup bersahabat. Dari atas gunug Sikunir terbentang hamparan kecantikan alam ciptaan Ilahi. Di kanan kiri kami terdapat gunung-gunung yang diselimuti oleh kabut, sehingga terkesan seolah-olah kami sedang berada di atas awan. 


Pemandangan dari atas gunung Sikunir

Kira-kira pukul 10:00 kami melanjutkan perjalanan ke kawasan kompleks candi Arjuna. Kompleks Candi Arjuna yang merupakan candi hindu tertua di Pulau Jawa masih berdiri dengan tegaknya di tengah deraan waktu dan cuaca, menjadi bukti warisan kekayaan budaya yang luar biasa. Meskipun beberapa bagian candi mulai aus dimakan usia, namun candi pemujaan Dewa Siwa yang dibangun pada tahun 809 M ini tetap kokoh berdiri memberikan nuansa kedamaian di tengah keheningan alam pegunungan (www.wikipedia.com). 


Candi Arjuna


Candi Bima 

Candi Gatot Kaca

Setelah puas mengelilingi kompleks candi Arjuna kami berkeliling Dieng dan berfoto di tempat-tempat yang eksotik. Penduduk lokal Dieng kebanyakan berprofesi sebagai petani. Sejauh mata memandang akan terlihat hamparan perkebunan sayur-sayuran, antara lain: kentang, kol, cabe dll. Bunga-bunga yang tumbuh di kawasan Dieng juga sangat cantik. Saya juga sempat menemukan tanaman kantong semar disini. Tanaman yang memakan serangga ini tumbuh subur di dataran tinggi Dieng. 


Kantong Semar

Satu hal lagi yang menarik dari Dieng adalah keberadaan anak-anak berambut gimbal. Anak gimbal pada awalnya terserang demam dengan suhu tubuh yang sangat tinggi, disertai mengigau waktu tidur. Gejala-gejala seperti ini tidak bisa diobati sampai akhirnya akan normal dengan sendirinya tetapi rambut sang anak akan menggimbal. Rambut inilah yang dipercaya titipan penguasa alam gaib. Pada usia tertentu rambut gimbal anak ini harus dipotong dengan suatu upacara adat.


Anak berambut gimbal

Ketika hari sudah semakin siang, maka kami pun bersiap-siap untuk kembali ke Jakarta. Dengan menggunakan mobil carteran kami menuju ke Wonosobo. Tidak lupa kami membeli oleh-oleh khas Dieng-Wonosobo, antara lain: keripik jamur, kacang Dieng dan manisan Carica. Kami juga menyempatkan diri untuk mencoba makanan khas Wonosobo yaitu mie ongklok. Mie ongklok terbuat dari mie, yang diberi sayur, telur dan kuah yang agak mengental, disajikan dengan sate ayam. Harganya relatif murah. Kami juga mencicipi tempe emul. Sejenis tempe yang diselimuti tepung dan potongan daun hijau semacam daun bawang. Perut kami sudah kenyang dan siap melanjutkan perjalanan menuju Jakarta. Demikianlah petualangan kami di Dieng Plateau. Ini merupakan trip yang sangat mengesankan dan tak terkupakan untuk saya.



Mie ongklok


Full Team of Dieng Plateau Trip, 2011

Dieng Plateau is a hidden paradise in Central Java that you must visit and enjoy ^^